Me, and My Addiction to K-drama (Part 1)
- Jasmine Sh.
- Aug 11, 2018
- 3 min read
Aku ingat dengan jelas hari - hariku sebelum mengenal drama korea. Setiap hari aku memfokuskan diri pada pelajaran. Itu adalah kekuatan utamaku, dan apa yang biasa aku lakukan setiap hari. Sepulang sekolah aku akan les bahasa Inggris/ matematika, lanjut dengan les mata pelajaran yang lain di Ganesha Operation. Itu adalah waktu - waktu yang sungguh menenangkan. Semua orang disekitarku suka menonton sinetron, bahkan membuat geng berdasarkan sinetron yang mereka tonton. Pada saat itu aku benar - benar tidak suka menonton TV indonesia, jadi ketika mereka menawari, ya aku ikut-ikutan saja. Sampai suatu ketika, aku mendengar tentang fenomena "Boys Before Flower" di kelas. Hampir semua anak perempuan berebut karakter laki - laki tampan yang ada di serial itu. Waktu itu aku tidak berniat menonton "para lelaki tampan" itu, karena jujur saja, teman - temanku terlihat sangat bodoh ketika berebut laki - laki yang "fana".

Selang beberapa lama setelah episode terakhir Boys Before Flower disiarkan, aku berkunjung ke rumah saudara sepupu. Aku tidak begitu ingat apa tujuan utama aku pergi ke sana, yang jelas pada saat itu sepupuku sedang menonton Boys Before Flower. Meskipun lupa tujuan utama, aku masih ingat betul episode yang waktu itu mereka tonton adalah adegan Geum Jan Di jatuh dari sepeda dan dibully habis - habisan, kemudian datang Goo Jun Pyo yang menggendong Geum Jan Di dan menyelamatkannya. Pada saat itu aku terkesima dengan adegan yang bermusik sedih itu. Bagi anak kecil yang jarang menonton film ataupun serial, adegan itu benar - benar romantis. Itulah pertama kalinya aku menyentuh "korea".

Aku jadi pecandu berat drama Boys Before Flower. Nilaiku lumayan, dan tiap malam aku selalu menonton di depan TV. Kebiasaanku belajar malam jadi terlupakan, dan itu membuat ibuku marah. Ia mematahkan semua kaset Boys Before Flower yang aku beli. Kami berantem hebat dan saling berteriak satu sama lain. Akhirnya diam - diam aku beli lagi kaset yang baru. Saat itu aku masih kelas 4 SD, jadi benar - benar perjuangan bagiku untuk menanbung dan pergi sendiri ke toko kaset untuk membeli kaset bajakan drama F4 itu. Selang beberapa hari, aku ketahuan lagi oleh ibu. Akhirnya ibu merampas kasetku dan menyuruhku untuk les. AKu pergi les dengan cemberut. Moodku benar - benar turun. Namun, alangkah terkejutnya aku ketika pulang dari les. Ibu sedang berada di depan TV, menonton Boys Before Flower. Dia bertanya apakah drama itu adalah adaptasi dari F4 (F-seu) Meteor Garden. Ibuku semacam terkagum dengan Meteor Garden versi Korea yang berbudget mahal ini. Dia bilang desain produksinya jauh lebih baik ketimbang meteor Garden dimana Tao Ming Se tidak begitu menggambarkan "orang yang luar biasa kaya", sedangkan di Boys Before Flower Goo Jun Pyo yang pergi ke sekolah memakai helikopter, bisa metakinkan ibuku bahwa F4 ini benar - benar konglomerat. Mulailah disana ibuku sama - sama menjadi pecandu drama korea. Ibuku malah jadi fans SS501 akut setelah mengetahui salah satu pemain F4 adalah Idol boyband korea.

(Bias ibu aku kayaknya semua deh... tapi yang paling jadi favorit dia itu Park Jung Min, yang paling kiri.)
Ketika aku hanya suka drama dan lagu - lagu, ibuku benar - benar bergadang semalaman menonton variety show SS501. Setiap hari dia membuka blog fansite SS501 dan bahkan menulis fanfiction. Bayangkan gaiss, bahkan sampai sekarang aku tidak pernah menulis fanfiction tentang bias. Pokoknya, gara - gara itu ibu tidak pernah marah lagi. Bahkan ketika ada fanmeeting dan konser korea, ibu benar - benar mengusahakan agar satu keluarga bisa nonton.
Jika dihitung berapa jumlah drama korea yang sudah aku tonton... aku sudah menonton lebih dari 200 drama (terakhir aku hitung di tahun 2016 aku sudah nonton 150 lebih drama). Hidupku benar - benar didedikasikan untuk menonton drama korea. Menurutku drama korea memiliki cerita yang bervariatif dan menarik bagi pemirsa yang masih muda. Penyutradaraan, musik, naskah beserta dialog, plot twist, casting idol muda yang tampan, romansa yang membuat kita lupa bahwa kita adalah jomblo, dan sederetan faktor lain, membuat drama korea jadi tempat pelarian yang cocok bagi seseorang yang tidak terlalu berprestasi di bidang akademis seperti aku ini (let's face it guys, eventho I got accepted in an acceleration class, I was ranked 19 from 29 students. So yeah...).
Mungkin bagi kalian drama korea hanyalah soap - opera menyedihkan yang ditonton oleh para jomblo yang menginginkan pacar tampan (ini sebenarnya 75% benar), tapi ada beberapa drama korea yang mengubah persepsiku, bahkan cara/ gaya hidupku. beberapa itu diantaranya.... (to be continued)
Commentaires